khohar

khohar
naruto

khohar

khohar
lucu

Minggu, 18 Desember 2011

menjelang pernikahan putra mahkota

Menjelang Pernikahan Putra Mahkota HL | 20 November 2011 | 07:45 974 20 13217606181283081622 Ilustrasi/Admin (Shutterstock) Sepotong pagi sudah mulai mengitip. Suasana pagi yang biasanya penuh ceria, hari ini seperti dirundung lara. Tak ada tawa, tak ada canda. Seakan-akan kerajaan Hedonesia itu sedang diterkam nestapa. Seharusnya. Ya, seharusnya kerajaan Hedonesia bergembira. Bergembira segembira-gembiranya. Karena hari ini. Ya, hari ini. Semua penduduk kerajaan tahu betul, memang hari ini. Adalah hari yang sudah lama ditunggu oleh penduduk Hedonesia, terutama Sang Putra Mahkota kerajaan. Hari ini adalah hari pernikahannya. Harusnya. Ya, seharusnya. Pada hari ini semuanya bahagia. Semuanya bergembira. Putra Mahkota yang dicintai akan segera mendapat calon permaisuri. Putra Mahkota yang ganteng dan baik hati akan didampingi putra permaisuri yang canti dan rendah hati. Tapi putra Mahkota memang manusia luar biasa. Manusia yag terlalu baik. Selalu membantu siapa saja. Sehingga rakyat di kerajaan Hedonesia tak ada lagi yang kekurangan gizi. Rakyat Hedonesia tak ada yang putus sekolah. Setiap hari juga bisa makan tiga kali. Kebaikan itulah yang terus terpatri di hati rakyat. Karena kebaikan Putra Mahkota bukan untuk merayu pemilik suara saat pemilu tiba. Tanpa harus melakukan pembelian suara, Putra Mahkota sudah pasti aka mejadi raja. Kebaikan putra Mahkota semata-mata karena hatinya yang bersih. Rakyat mencintainya juga setulus hati. Tak pernah ada prasangka di hati rakyat Hedonesia tentang pencitraan. Tak pernah ada prasangka di hati rakyat Hedonesia tentang hutang budi. Ya, hari ini Sang Putra Mahkota nan baik hati hendak melangsungkah pernikahannya. Sengaja tak ada pesta. Walaupun semua rakyatnya sudah makmur. Kenapa tak ada pesta? Karena Putra Mahkota tak punya harta. Hartanya selalu saja disumbangkan kepada yang membutuhkan. Sebetulnya masih ada ayahandanya Sang Maharaja. Tapi beliau sudah tua. Sehingga jalannya pemerintahan dilaksanakan oleh putranya, Sang Putra Mahkota. Dan tangan Sang Putra Mahkota selalu gatal untuk membagi kekayaan istana untuk rakyatnya yang sedang membutuhkan bantuan. Sehingga lumbung beras kerajaan pun hanya cukup untuk dikonsumsi selama seminggu saja. Jadi tak mungkin ada pesta. Sang Putra Mahkota pun agak bingung. Bagaimana caranya untuk melangsungkan perikahannya. Dan semua rakyat ikut merasakan kebingungan pemimpinnya. Pagi ini lengang karena rakyat sedang berkumpul sembunyi-sembunyi. Rakyat sedang menyiapkan pesta pernikahan calon rajanya yang baik hati itu. Semua disiapkan dengan rapi. Sangat rapi. Bahkan sangat istimewa pula. Utuk membuat pesta pernikahan semeriah mungkin bukanlah pekerjaan yang sulit. Karena semua rakyat di negeri Hedonesia saling bersatu tangan. Semua berkehendak pesta pernikahan calon raja yang baik hati itu bisa melebihi pesta pernikahan di negeri mana pun. Termasuk di negeri yang kabarnya menghamburkan harta hingga 12 M untuk pernikahan putra mahkotanya. Tak lama kemudian. Punggawa istana mengetuk pintu kamar Sang Putra Mahkota. “Ada apa?” tanya Putra Mahkota. “Pesta pernikahan segera dilaksanakan,” jawab Sang Punggawa istana. Sang Putra Mahkota mengulum senyum kecut. Ia malu tak bisa menyenangkan calon istri tercintanya. Ia merasa sebagai pecundang. Maka Sang Putra Mahkota pun ragu untuk keluar kamarnya. “Silakan, Paduka!” kata Punggawa . “Bagaimana …?” “Semuanya sudah disiapkan oleh rakyat Hedonesia yang mencintai Paduka. Silakan Paduka menuju aula kerajaan. Semua tamu undangan sudah menunggu,” potong Punggawa yang tak ingin melihat kesedihan di raut Sang Putra Mahkota justru di hari yang seharusnya paling membahagiakannya. Sang Putra Mahkota pun berjalan diiringi punggawa istana. Dan ……………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………. …………………………………………………. Aula kerajaan telah disulap menjadi aula termegah di segala negeri. Sebuah cermin dari kecintaan rakyat pada Sang Putra Mahkota yang baik hati. Sang Putra Mahkota pun bersyukur karena tak menyangka sebegitu besar cinta rakyat kepedanya. Dan hari ini pun menjadi pernikahan agung. Bukan hanya sebuah pernikahan antara Sang Putra Mahkota dengan calon permaisuri. Tapi juga pernikahan antara hati Sang Putra Mahkota dengan hati rakyat yang dipimpinnya. SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU ucapan itu ada di mana-mana, di seluruh wilayah kerajaan, sampai-sampai tertulis juga dalam dongengku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar